logo
Sabtu, 06 Maret 2021
logo
  • Tokoh
  • Artikel
  • Pesantren
  • Sejarah
  • berita
  • Sholawat
  • Hukum
  • akhlak
  • Lainnya …
    • Tasawuf
    • Profil
    • Hari Santri Nasional
    • Optimisme
    • Ekonomi
    • Fiqih
    • Aqidah
    • Humor
    • Muslimah
    • Teknologi
    • Motivasi
    • Sastra
    • Budaya
    • kajian
    • Olah Raga

TTokoh

  1. Home
  2. Tokoh

TTokoh

Toleransi Oleh Habib Luthfi

Ahmad Mufasir

Ahmad Mufasir

11 Posts
4 years ago
1564Views
Tulis Komentar
Toleransi Oleh Habib Luthfi
 
Maulana Al Habib Muhammad Luthfy bin Ali bin Hasyim bin Yahya

RAHMAT ALLAH CEPAT TURUN KARENA KEDAMAIAN

 

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera, salam kedamaian, salam kebahagiaan untuk kita semuanya. Selamat malam. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatNya pada malam hari ini kita bisa duduk bersama. Mustahil tanpa pertolongan Yang Maha Kuasa kita bisa duduk bersama. 

 

Yang saya hormati dan yang saya banggakan, para sesepuh, para pini sepuh, tokoh-tokoh agama yang selalu kami banggakan. Mengapa tidak, karena beliau-beliau tidak terlepas daripada benteng-benteng Pancasila yang ada di Indonesia. Yang mem-backup kekuatan Pancasila adalah agama-agama, khususnya yang ada di Indonesia ini.

 

Dan yang saya hormati dan saya banggakan, Bapak Danrem atau yang mewakilinya, Bapak Dandim, Bapak Kapolres, Bapak-bapak dari Muspika, Bapak-bapak dari instansi pemerintahan, sipil, TNI, Polri, yang selalu kami banggakan. Dan yang saya hormati, koor dari Gereja Santo Petrus, dan yang lain. Maaf kalau saya tidak menyebut yang lain-lainnya, karena yang saya hapal cuma satu. Kalau saya hapal semua akan saya sebut satu persatu. Dan yang saya hormati Bapak Danramil, Bapak Kapolsek Utara, Pak Camat beserta jajarannya, panitia penyelenggara dalam rangka Doa Bersama pada malam hari ini. 

 

Hadirin yang berbahagia. Di dalam kita berkumpul yang demikian ini, adalah ada satu kekuatan yang sangat mahal untuk kami semuanya. Diantaranya, karena kita kumpul di sini didorong oleh kekuatan ajaran agama masing-masing, yang pada dasar intinya untuk mensyiarkan kedamaian yang berasaskan kedamaian itu sendiri dengan kasih sayang sesama kita. Itu intinya yang paling mengena.

 

Maka ketika kita telah menjelma kasih sayang di antara sesama kita pasti kedamaian itu akan semakin kokoh, semakin kuat, semakin melejit. Dan cahaya kedamaian itu tidak dirasakan untuk kami Bangsa Indonesia saja. Karena cahaya kedamaian itu akan ditiru, mungkin oleh lain bangsa sponsor Indonesia. Saya yakin itu. Lain daripada itu, dengan kasih sayang dan kedamaian akan semakin melekat pada diri kita semuanya. Kita melihat tokoh-tokoh sesepuh kita, dari Budha, Hindu, Kristiani, Katolik, Protestan, dan lain sebagainya, yang Muslim juga. Kita melihat secara langsung, ternyata semuanya koq Indonesia. Beda memang, ok, beda. Tapi saya kira tidak ada kalimat ‘Beda Indonesia’. Sependapat ndak kira-kiranya itu? Sependapat. You Muslim, yes. You Kristiani, yes. Tapi Indonesia, Ooo Yes! One Indonesia, no Two Indonesia. “One Indonesia!” Kalau bisa begini kelihatannya kan enak, bahagia sekali.

 

Rahmat Yang Maha Kuasa itu cepat turun karena kedamaian. Coba ribut terus, berkah dicabut, isinya hanya permusuhan, curiga, dan lain sebagainya. Ya ndak ada habisnya. Kalau orang selalu mencari kejelekan, saya jadi teringat nasihat guru saya, “Luth, Luth...”

 

“Dos pundi Yai?” (Ada apa Kiai?)

 

“Koe nek ndelok uwong, irungmu kui kekno minyak wangi. Plethoki. Ngambung sopo wae wangi engkone. Wis, bojomu kuwi sing isih masak mambune kompor, sing nganggo kayu mambune kayu, ning sedep wae mergo ning isor irunge ono minyak wangine. Sepira ayune, nek ono teleke (irunge), lhah… wadhuh… Wis ayu-ayu, aduse tenanan mambune telek. Lha ora weruh sing ditlethoki telek ingsor irunge dewek.” (Kamu kalau melihat orang lain, hidungmu itu dikasih minyak wangi, dioleskan. Nantinya mencium siapa pun akan wangi. Jika istrimu saat memasak maka akan berbau kompor, yang memakai kayu bakar maka berbau kayu, tapi tetap sedap karena di bawah hidungmu ada minyak wanginya. Secantik apapun jika di bawah hidungmu ada kotorannya maka jadi tak karuan. Sudah tampil cantik, mandinya sungguhan, ternyata bau kotoran. Dia tidak melihat, ternyata yang ada kotoran di bawah hidungnya sendiri).

 

Itulah kalau kita selalu memandang tidak baik, curiga terus, saya mengingat; ‘Eh di hidungku ada kotorannya tidak!’. Nah ini suatu ajaran dari sesepuh-sesepuh kita. Dari sinilah kekuatan yang tanpa kita prediksi. 

 

Dengan doa bersama ini melambangkan dan menunjukkan suatu kekuatan Indonesia yang tidak main-main. Saya sedikit memperingatkan untuk kita semuanya, kalau Indonesia ini umpanya ditekan oleh oknum-oknum politik entah luar negeri atau siapapun, saya sebut sebagai oknum tanpa menyebutkan bangsaya, kita ndak mempan. Digoyahkan tentang faktor ekonomi, Indonesia masih tetap kuat. Ujungnya yang paling berbahaya adalah, ‘benturkan antar-umat beragama’. Itulah kehancuran Indonesia. Maka dengan adanya malam hari ini kita kumpul, termasuk dari Bela Negara, Bela Indonesia! Buktikan!

 

Saya itu kalau jalan-jalan di pelabuhan, jadi malu. Sepele sebetulnya. Kalau jalan-jalan ke pelabuhan ketika melihat ikan laut itu menjadi malu, bagi pribadi saya, entah orang lain saya ndak ngerti. Malunya di mana? Filosofi yang ada di dalam laut itu kita hanya memandang keindahan laut, ikannya besar-besar, kapalnya besar-besar dan lain sebagainya. Tapi ada kandungan filosofi yang sebetulnya mata pelajaran untuk Bangsa ini yang sangat berharga, tiada ternilai harganya. 

 

Diantaranya (yang pertama), se-Pekalongan ini yang namanya sungai ada berapa jumlahnya, yang kecil hingga yang besar, semua lari ke lautan. Belum kalau kita hitung se-Jawa, sungai yang kecil hingga yang besar semua larinya ke lautan. Kalau musim hujan per-detik itu berapa milyar kubik (air) tak terhitung jumlahnya, membawa limbah dari mulai bangkai hingga kayu, sampah dan macam-macam (lainnya). Tapi anehnya, koq tidak mampu mengotori laut. Pasti dibawa gelombang, outs, minggir. Maka pantai itu jarang ada yang bersih, mesti kotor. Karena lautnya tidak mau menerima kotor. Jadi kalau kita berpikir, lautnya tidak mau menerima kotor berarti apa yang ada di dalam laut mesti sehat.  

 

Yang kedua, ketika air bah musim penghujan semua masuk ke laut, berapa per-detik? Berjuta-juta kubik bahkan milyaran. Namun sampai sekarang sudah sebegini tuanya, belum pernah mendengar asin air laut berubah, melentur gara-gara air banjir masuk ke laut. ‘Koq hebat!’ saya pikir. Laut punya jatidiri yang tidak mudah digoyahkan, yang tidak mudah dibenturkan. Saya sampai bertanya, ‘Hei laut, aku ini malu sama kamu, sebenarnya yang jatidirinya kuat itu kamu atau saya?’ Kalau jatidiri Bangsa ini seperti contoh ini, disebut-sebut Tanah Air, sungguh luar biasa.

 

Belum ikan-ikan yang ada di laut. Secara logika, ikan-ikan yang di laut karena berasal dari air yang asin mestinya cukup dijemur sudah menjadi ikan asin. Lha koq malah (masih perlu) dibelah-belah dan diberi garam lagi. Akalku menolak sebenarnya; ‘Berasal dari air asin koq digarami lagi!’ Ternyata rasanya tawar. Kalau dipikir-pikir, ikannya tawar bertempat di air yang asin tapi tidak berebutan (saling mengintervensi) kamu harus ikut aku!. Kedua-duanya hidup bersama antara air yang asin dengan ikan yang tawar. Kira-kira kita kalah dengan hal itu atau tidak? 

 

Para hadirin yang saya banggakan dan yang saya hormati. Maka dari itu, dengan contoh-contoh yang cukup dari apa yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa untuk kami semuanya, bukan suatu tontonan melainkan tuntunan. 

 

(Selanjutnya bisa disimak di video dokumentasi taushiyah Maulana Habib Luthfi bin Yahya dalam acara Suma Budhaya bersama tokoh lintas agama bertajuk “Doa Bersama untuk Bangsa” sekaligus Peringatan Hari Kesaktian Pancasila di kompleks Makam Pahlawan Pekalongan berikut: https://youtu.be/ndnhCmdEkdM. *IBJ).

Tag

Kerukunan Beragama

Kategori

Tokoh, Budaya

Terpopuler

  • Mengenal Lebih Dekat Habib Ali Al Jufry
  • Tradisi Rabu Pungkasan
  • Cara Menghilangkan Ke-Akuan Diri
  • Mbah Manaf, Kiai 65 Tahun yang Mahir CorelDraw Untuk Memaknai Kitab Kuning
  • Mbah Mutamakin Wali dari Pati
  • KELUHURAN AKHLAK PARA KEKASIH ALLAH
  • Perbedaan Orang Ber-Thariqah Dan Tidak Ber-Thariqah
  • ADAB BANGUN TIDUR
  • Toleransi Oleh Habib Luthfi
  • Pesantren Se-Kabupaten dan Kota Pekalongan Rayakan Hari Santri Nasional
 

Tweets by pp_almubarok

 

Sosial ( Folllowers)

-Followers

-Likes

-Followers

-Subscribers

Berlangganan

Info terbaru langsung ke email Anda.

logo

Media Digital bermuatan lokal, islami, informatif, aktual dan edukatif.

Email: [email protected]

Quick Link

  • Home
  • Tentang Kami
  • Ponpes Al Mubarok
  • Hubungi Kami

Tag Cloud

indonesiahari santri nasionalSolawatsantriamalanPejuang

Social Link

  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram

Copyright © 2016 Al Mubarok Digital Media. All rights reserved.

Design & Devleopment by ELMUBA.NET

Menu


  • Tokoh
  • Artikel
  • Pesantren
  • Sejarah
  • berita
  • Sholawat
  • Hukum
  • akhlak
  • Tasawuf
  • Profil
  • Hari Santri Nasional
  • Optimisme
  • Ekonomi
  • Fiqih
  • Aqidah
  • Humor
  • Muslimah
  • Teknologi
  • Motivasi
  • Sastra
  • Budaya
  • kajian
  • Olah Raga